Analisis Biaya Upah Panen Kelapa Sawit Di PT. Anugerah Energitama Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon Kabupten Kutai Timur Kalimantan Timur

Penelitian ini dilatar belakangi oleh upah panen kelapa sawit di Indonesia bervariasi antar daerah karena perbedaan kondisi lokal seperti infrastruktur yang berbeda-beda, tingkat ketersediaan tenaga kerja yang beragam, serta berbagai regulasi dan kebijakan yang diterapkan disetiap daerah. Upah panen juga sangat penting dalam industri kelapa sawit karena berdampak langsung pada produktivitas, kesejahteraan petani, dan kualitas hasil. Dengan memberikan upah yang layak kepada pekerja, para petani dapat meningkatkan motivasi dan kualitas kerja yang baik.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui biaya upah panen apa saja yang ada pada Divisi 6 dan Divisi 7, serta mengetahui bagaimana analisis biaya upah panen pada Divisi 6 dan 7. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif yaitu mengumpulkan data primer dan sekunder yang berhubungan dengan biaya upah panen tanaman kelapa sawit.
Hasil penelitian menyatakan bahwa biaya upah yang dikeluarkan oleh perusahaan pada Divisi 6 dan Divisi 7 yaitu biaya tenaga kerja upah pemanen, premi (TBS) dan premi brondolan. Analisis biaya panen kelapa sawit antara Divisi 6 dan Divisi 7 pada November 2023 menunjukkan bahwa Divisi 6 mengeluarkan biaya lebih tinggi yaitu Rp 142.258.990 dibandingkan Divisi 7 yaitu Rp 132.061.290. Penyebabnya adalah jumlah karyawan yang lebih banyak di Divisi 6, sehingga biaya upah tenaga kerja lebih tinggi. Selain itu, Divisi 6 mendapatkan premi (TBS) yang lebih banyak karena mencapai basis produksi yang lebih rendah per hari kerja dibandingkan Divisi 7 serta Divisi 6 mendapatkan bonus yang lebih tinggi dibandingkan Divisi 7. Penyebab lainnya seperti perbedaan topografi lahan juga mempengaruhi biaya dan produktivitas panen.

Kata kunci: Analisis biaya, Biaya upah panen, Kelapa sawit, Premi, Tenaga kerja