POTENSI PENGGUNAAN KAYU DAN ARANG KAYU POHON RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) DAN POHON MANGGA (Mangifera indica L.) SEBAGAI ADSORBEN PEWARNA

MUHAMMAD ISDAR HAJIR, POTENSI PENGGUNAAN KAYU DAN ARANG KAYU POHON RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L) DAN POHON MANGGA (Mangifera indica L) SEBAGAI ADSORBEN PEWARNA. (dibawah bimbingan TAUFIQ RINDA ALKAS).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peningkatan penggunaan pewarna dalam berbagai industri menghasilkan limbah pewarna. Penggunaan adsorben dari jenis kayu atau arang kayu masih belum banyak dieksplorasi. Keberadaan pohon rambutan dan mangga di sekitar kampus Politani Samarinda memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku adsorben. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai potensi penggunaan kayu dan arang kayu dari pohon rambutan dan pohon mangga sebagai adsorben pewarna.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Kemampuan penyerapan pewarna diukur dengan metode spektrofotometri, yaitu pada adsorbansi kontrol dan adsorbansi perlakuan diukur dan dimasukkan dalam perhitungan persentase dekolorisasi. Pewarna reactive black 5 digunakan dalam penelitian ini dengan variasi 10, 20, dan 50 mg/l, dan variasi waktu perlakuan 1, 2, dan 3 hari. Peningkatan penggunaan zat-zat warna di industri tekstil dan industri-industri lain yang menggunakan pewarna. Limbah pewarna menjadi dampak negatif yang ditimbulkan dari bermacam industri tersebut.
Potensi penyerapan pewarna yang tertinggi diperoleh dari perlakuan menggunakan kayu rambutan, persentase dekolorisasi mencapai nilai tertinggi 52,6% pada hari ke-3 (konsentrasi pewarna 50 mg/l). Sedangkan pada arang kayu rambutan hanya mencapai nilai 42,7% (konsentrasi pewarna 10 mg/l). Sementara pada pohon mangga, jenis adsorben yang tertinggi di hari ke-3 yaitu dari jenis arang (27,6% pada konsentrasi 10 mg/l).

Kata kunci: adsorben, kayu, arang kayu, persentase dekolorisasi, reactive black