MANAJEMEN RISIKO PADA RANTAI PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) (Studi Kasus di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

RONI VIRWANDO MANALU, MANAJEMEN RISIKO PADA RANTAI PASOKAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) (Studi Kasus di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur). Penelitian ini (dibawah bimbingan ERNITA OBETH dan ADELIA JULI KARDIKA).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perlunya dilakukan studi terhadap pengelolaan risiko pada rantai pasokan kelapa sawit mengingat kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan penyumbang devisa utama. Pengelolaan risiko atau yang disebut manajemen risiko adalah salah satu metode dalam menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh risiko. Bagian penting dari manajemen risiko adalah melakukan identifikasi risiko, mengukur tingkat risiko, dan mengendalikan risiko tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko yang dihadapi oleh petani swadaya dan pabrik kelapa sawit, untuk mengetahui tingkatan risiko pada rantai pasokan, mengetahui tindakan pengendalian risiko yang dilakukan oleh petani swadaya dan pabrik kelapa sawit. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan melalui proses observasi dan wawancara langsung kepada responden yang bersangkutan. Teknik pengambilan responden menggunakan metode snowball sampling. Responden dalam penelitian ini adalah 4 petani swadaya dan pabrik kelapa sawit di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Data dianalisa menggunakan model SCOR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko yang dialami petani antara rotasi panen tidak sesuai dengan jadwal, bibit tidak menghasilkan, kesulitan mendapatkan pupuk, harga pupuk tinggi, harga herbisida mahal, kurangnya pemanen, adanya panen buah mentah, faktor cuaca, jalan rusak, buah lambat diangkut, waktu panen terlambat, kendaraan terbatas, pembayaran lambat, dan buah tidak dapat dijual kembali. Sedangkan risiko yang dialami oleh pabrik umumnya disebabkan oleh faktor cuaca (hujan), buah mentah, tangkai panjang, jangkos, pipa (steam) yang tidak normal, alat tersumbat, mata pisau patah, screw yang patah, kerusakan alat, air yang masih terikut minyak CPO, FFA yang tinggi dan moist yang tinggi, unit kendaraan lambat/ditahan masyarakat, tangki truck CPO kotor, minyak CPO banyak slat yang keluar, kernelnya kotor (derth), kernel mentah, dan pengembalian TBS ke petani. Tingkat risiko yang dialami petani berada pada kisaran 1 sampai 5 dan tingkat risiko yang dialami pabrik berada pada kisaran 1 sampai 5. Tindakan pengendalian yang dilakukan petani antara lain, menggunakan pupuk kompos, ganti bibit baru, membeli sesuai dengan kebutuhan, perbaikan jalan. Tindakan pengendalian yang dilakukan pabrik adalah stop buah, sortasi harus lebih teliti dalam pemeriksaan buah, kandungan minyak menjadi asam.